Senin, 06 Desember 2010

Era globalisasi mempunyai dampak yang cukup signifikan terhadap kehidupan kita. Proses globalisasi yang didorong oleh empat elemen penting yakni perkembangan teknologi, penyebaran sistem ekonomi pasar, politik domestik dan persaingan antar negara, menumbuhkan hegemoni baru dalam kehidupan manusia untuk menemukan hal-hal yang baru sesuai perkembangan jaman. Hegemoni tersebut merambah pada setiap aspek kehidupan manusia, seperti budaya, teknologi informasi dan ekonomi.
Dalam dimensi IPTEK, globalisasi merupakan proses mengecilnya dunia sebagai akibat kemajuan teknologi komunikasi, informasi dan transportasi sehingga memudahkan umat manusia di dunia saling berinteraksi satu dengan lainnya. Banyak orang dipintarkan oleh google atau Wikipedia melalui internet. Orang-orang juga menjadi mudah berkomunikasi dengan handphone (HP) dan mudah berinteraksi dengan facebook atau twitter. Dengan perkembangan IPTEK juga, kita tidak perlu ke Afrika Selatan untuk menonton piala dunia, tidak perlu ke Amerika untuk melihat Barack Obama dan tidak perlu ke Jepang untuk melihat Maria Ozawa. Semua hal itu menjadi sangat mudah untuk dilakukan dan praktis dalam kehidupan sekarang ini.
Dalam dimensi sosio-kultural, globalisasi menyebabkan terjadinya homogenisasi budaya. Misal dalam lifestyle, makan, minum, berpakaian dan menikmati hiburan. Kemudian berkembangnya industri budaya, musik, film, sinetron, semakin maraknya budaya konsumerisme akibat pengaruh media iklan. Contoh kongkrit saja, penjualan HP-HP yang mirip dengan blackberry sangat laku keras. Semua itu karena trend, lifestyle dan pengaruh iklan pula. Film Ketika Cinta Bertasbih, Sang Pemimpi dan 2012 juga menjadi booming dan laku keras di masyarakat. Itulah bukti berkembangnya industri film dan begitulah kehidupan di sekitar kita saat ini.
Bicara Masa-masa Pelajar
Dalam pengertian kita, pelajar merupakan status sosial yang erat kaitannya dengan masa remaja, yaitu masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa muda. Pada masa transisi tersebut, anak akan mengalami proses perubahan kedewasaan pada dirinya. Proses tersebut membuat anak akan mencoba mencari jati dirinya sebagai bekal untuk beranjak dewasa. Dia akan mencoba mencari hal-hal baru yang mungkin belum pernah ditemui atau dilakukan, sehingga akan memunculkan hegemoni-hegemoni baru dalam masa itu, sebut saja masa ABG (Anak Baru Gede). Hegemoni pada masa ABG tersebut pastinya akan bersinggungan hegemoni perkembangan era globalisasi, karena para ABG tentunya ingin mencoba setiap hal baru yang muncul karena kemajuan teknologi, komunikasi, informasi, lifestyle, budaya dan trend. Jika pada masa itu mereka tidak mengikuti kemajuan tersebut, maka akan dianggap ketinggalan jaman oleh sekelompok teman sebayanya. Hal yang sama juga dialami pelajar yang nota benenya juga ABG. Sehingga pada masa ABG tersebut anak seolah-olah dituntut untuk mempertahankan eksistensi dirinya dengan cara terus mengikuti perkembangan jaman. Proses mengembangkan diri dengan mengikuti perkembangan jaman tersebut akan menjadi kebutuhan mendasar bagi kalangan ABG agar tetap diterima dikalangan teman sebayanya.
Sebagai organisasi yang bergerak dikalangan pelajar, hendaknya IPM dapat membaca tanda-tanda jaman tersebut. IPM harus mampu menjawab kebutuhan-kebutuhan kaum pelajar tersebut dalam mengembangkan diri. IPM mempunyai basis massa pelajar, dengan jenjang usia antara 12-21 tahun dan dapat diperpanjang hingga 24 tahun. Basis massa merupakan sekumpulan individu atau kelompok sosial yang diperjuangkan atau diajak berjuang bersama-sama. Gerakan IPM lebih fokus pada problematika dan tantangan kaum pelajar. Fokus problematika tersebut diterjemahkan dalam wadah IPM bukan hanya ada di sekolah, tetapi IPM juga dapat menjadi wadah pelajar Muhammadiyah ketika berada di masyarakat, desa, masjid, mushalla, pondok pesantren maupun panti asuhan. Semua wadah tempat bernaungnya IPM tersebut tetap menjurus pada persoalan pelajar sesuai dengan proporsinya.
Revitalisasi dan Reaktualisasi Peran IPM
Pada kenyataannya, harus diakui IPM memang masih kurang melakukan sosialisasi, konsolidasi dan kristalisasi tentang urgensi peran IPM, serta format pelaksanaan bentuk kontribusi IPM. Kenyataan lainnya adalah manfaat IPM baru bisa dirasakan oleh pimpinannya saja, belum sampai dirasakan manfaatnya oleh anggota. Maka langkah yang harus dilakukan adalah reaktualisasi peran, fungsi yang mewakili urgensi dan kontribusi IPM. Menyalahkan orang lain karena satu realitas yang terjadi terhadap kita adalah cara berfikir orang yang kalah dan menyerah.
Selain sebagai proses kaderisasi bagi Muhammadiyah, hendaknya IPM juga memiliki peran dan fungsi untuk mengembangkan, melestarikan dan mewariskan nilai-nilai sosial, budaya, agama, kehidupan berbangsa dan bernegara, serta kemampuan lifeskill dan soft skill. IPM juga harus melakukan pemberdayaan dan pembelaan terhadap kepentingan-kepentingan pelajar, salah satunya dengan memberikan wahana penyampaian ekspresi dan aspirasi. Peran itulah yang harus dilakukan oleh IPM dalam upaya mewujudkan generasi penerus yang berkualitas, kader Muhammadiyah yang militan, berilmu, berakhlak mulia dan terampil dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran agama Islam. Namun saat ini, peran IPM yang paling ditonjolkan adalah peran ke-Islaman dan kekaderannya dalam lingkup Muhammadiyah, sehingga sering kali gerakan IPM terjebak dalam aktifitas formal dan membosankan. Hal inilah yang dapat menyebabkan aktifitas IPM tidak cukup dinikmati oleh kaum pelajar. IPM tidak cukup mempunyai daya tawar kepada kaum pelajar untuk tertarik kepada IPM. Sekali lagi, daya kritis pada aktor dan kreator para punggawa IPM diseatero nusantara ini harus diuji. Mampukah mereka membaca tanda-tanda jaman, memetakan kebutuhan, tantangan dan problematika pelajar yang terjadi pada masing-masing daerah, serta membuat format gerakan IPM menjadi menarik dan diminati oleh sebagian besar kaum pelajar.
Sebenarnya format gerakan IPM sudah cukup ideal, tetapi pada praksisnya gerakan IPM hanya subur dalam sayap ke-Islaman dan kekaderan semata. Sayap keilmuan, budaya, kewirausahaan dan kemasyarakatan belum mampu dioptimalkan. Pada kenyataannya, kaum pelajar masih menginginkan hegemoni masa ABGnya atau masa remajanya, yang cenderung tertarik pada hal-hal yang baru, budaya-budaya yang menarik atau kemajuan teknologi yang dapat membekali diri mereka. Oleh karena itu, tidak ada alasan jika sayap IPM melalui gerakan keilmuan, budaya, kewirausahaan dan kemasyarakatan menjadi mandul, tidak ada konsep, menunggu konsep pimpinan diatasnya, dan sebagainya. Bukan alasan klasik lagi yang harusnya diutarakan, tetapi bagaimana para aktor dan kreator IPM dalam mengembangkan potensi yang ada dilingkupnya untuk mengembangkan gerakan IPM pada sayap ini.
Kaum pelajar memerlukan banyak media untuk mengembangkan minat dan bakat mereka. Maka IPM diharapkan dapat memberikan peran dan fungsinya sebagai wadah pembinaan dan pengembangan potensi pelajar. IPM harus mampu berperan dalam meningkatkan potensi siswa dalam bakatnya masing-masing. Misalnya menciptakan aktifitas untuk menyalurkan kemampuan dan ketrampilan membaca dan menulis, seperti mengadakan pelatihan jurnalistik yang dilanjutkan dengan pembuatan media cetak sebagai media informasi dan inspirasi,bedah buku, bedah film, pengadaan buletin, Kemah Seni dan Ilmu Pengetahuan (KSIP). Kemudian menciptakan komunitas kreatif untuk mengaktualisasikan potensi para pelajar, seperti kelompok ilmiah pelajar (KIP), Kelompok Pecinta Cerpen (KPC), kelompok pecinta puisi/sastra, serta melakukan aktifitas rekreatif dengan mengajak kader ke tempat-tempat yang benuansa imajinatif, seperti berkunjung ke pusat-pusat perbukuan, silaturahmi tokoh, berkunjung ke masyarakat miskin kota (life in), tadabur alam, study tour, dan sebagainya.
IPM juga perlu mengadakan kegiatan yang bersifat prestatif sebagai penghargaan terhadap kemampuan, potensi dan bakat pelajar. Misalnya mengadakan pemilihan pelajar teladan, lomba penulisan karya tulis ilmiah, lomba menulis cerpen, lomba membuat atau baca puisi, lomba penulisan essay, lomba debat antar pelajar, debat bahasa Inggris, lomba futsal, lomba bola basket, lomba paduan suara dan sebagainya.
IPM juga perlu melakukan kajian budaya sebagai ruang tukar-menukar pengetahuan tentang budaya populer yang menjadi trend setter pelajar, serta memperkaya wawasan mengenai kesenian dan kebudayaan lokal, bangunan bersejarah dan nilai historis lain yang mampu menumbuhkan kecintaan kader IPM terhadap kebudayaan lokal dan nasional, membangun komunitas seni-budaya yang bernuansa kritis, menciptakan karya-karya seni dan budaya dalam berbagai hal (lagu, puisi, cerpen, karikatur, lukisan, kaos, poster, pin, sticker dll) yang bermuatan nilai-nilai kritis. Berikut beberapa penjelasan strategi gerakan intelektual, budaya, kewirausahaan dan kemasyarakatan.
1. Strategi Gerakan Intelektual.
Untuk mewujudkan kader yang mempunyai ciri intelektual, maka IPM memerlukan sebuah strategi intelektual. Strategi intelektual ini dapat kita wujudkan dengan berbagai cara, antara lain:
a. Mentradisikan membaca sebagai aktivitas rutin kader.
b. Melatih berfikir filosofis atau radikal (mendalam).
c. Menulis sebagai media untuk menuangkan ide-ide yang ada di dalam pikiran.
d. Membuat forum diskusi, sharing atau media untuk melatih kebiasaan berfikir dan bertindak kritis.
e. Menerapkan pemikiran dalam sebuah tindakan yang positif, serta merefleksikannya sebagai langkah untuk menanamkan kembali pengalaman-pengalaman yang diperolehnya.
2. Strategi Gerakan Budaya.
Seni mampu membangun paradigma kritis terhadap realitas sosial, menyuarakan kepedihan penindasan dan ketidakadilan, membangun semangat perlawan terhadap kedhaliman. Seni juga mampu menghadirkan Tuhan yang berjuang bersama untuk menegakkan nilai-nilai kemanusiaan. Nilai-nilai seni tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk karya lagu, puisi, cerpen, novel, drama, teater, lukisan, poster, kaos, karikatur, monolog dan sebagainya yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai keIslaman. Oleh karena itu, IPM perlu merancang strategi gerakan dalam aspek kebudayaan, antara lain:
a. Membangun komunitas seni-budaya yang bernuansa kritis.
b. Memproduksi karya-karya seni dan budaya dalam berbagai hal (lagu, puisi, cerpen, karikatur, lukisan, kaos, poster, pin, sticker dll) yang bermuatan nilai-nilai kritis.
c. Mengenalkan bentuk-bentuk seni dan budaya lokal secara massif di kalangan pelajar.
3. Strategi Gerakan Kewirausahaan.
Gerakan kewirausahaan merupakan bentuk dari spirit kemandirian pelajar Muhammadiyah yang dirasakan sangat perlu mengingat kondisi pelajar yang semakin menggantungkan kelangsung hidup organisasi (IPM) oleh pihak-pihak lain, baik perorangan ataupun institusi. Gerakan kewirausahaan dimaksudkan untuk memotivasi jiwa kemandirian pelajar, sehingga mampu melepaskan diri dari ketergantungan bentuk pendanaan praktis. Salah satu bentuk dari kemandirian gerakan IPM adalah adanya keteramplian pada bidang tertentu.
Beberapa strategi yang harus dicapai dalam strategi gerakan kewirausahaan ini:
a. Menghidupkan dan menumbuhkembangkan koperasi sekolah yang dikelola oleh siswa/IPM ranting sekolah.
b. Mengadakan forum-forum diskusi tentang dunia kewirausahaan sebagai bekal dan modal dalam berusaha di masa yang akan datang.
c. Melakukan kunjungan-kunjungan ke pusat-pusat pemberdayaan ekonomi, agar para siswa mampu belajar kepada perusahaan-perusahaan tersebut.
4. Strategi Gerakan Kemasyarakatan.
Sebagai salah satu gerakan sosial, IPM bercita-cita mengangkat harkat dan martabat manusia (khususnya pelajar) dalam kondisi yang lebih manusiawi, adil, damai, dan sejahtera. Apabila ada ketidakadilan, diskriminasi, penindasan, dan pembodohan, IPM akan bersuara lantang dan maju ke depan untuk melakukan perubahan, baik itu dengan penyadaran, pendampingan, pemberdayaan, maupun perlawanan. Karena itu, IPM harus kritis dalam membaca segala bentuk ketidakadilan, diskriminasi, penindasan, dan pembodohan dalam realitas sosial yang ada. Strategi gerakan kemasyarakatan tersebut dapat diwujudkan dengan berbagai cara, antara lain:
a. Terlibat aktif bersama rakyat dalam pergulatan sosial untuk menemukan problem sosial dan menyelesaikan problem tersebut.
b. Mampu membaca dan mengenali pihak-pihak yang terkait dalam masyarakat (stakeholders) sehingga IPM bisa memetakan posisinya.
c. Dapat memetakan bagaimana hubungan (relasi) yang terjadi dalam stakeholders dan realitas sosial tersebut, apakah ada yang dirugikan atau ada yang untungkan? Ada yang ditindas-ada yang menindas? Kalau relasi timpang itu terjadi apa yang harus dilakukan IPM?
d. Melakukan pendidikan politik bagi pelajar secara massif, khususnya tentang apa itu negara, apa tujuannya, serta relasinya dengan rakyat dalam perbincangan politik.
e. Merespon wacana-wacana politik kontemporer dalam perspektif politik advokatif.
f. Melakukan aksi-aksi advokatif untuk memperjuangkan kepentingan rakyat.
g. Membuat forum diskusi atau sharing pengetahuan antarkader baik dalam bentuk pengajian, diskusi rutin, atau di internet, dan menumbuhkan wacana dalam menanggapi problematika realitas sosial dan masalah kebangsaan.



Curriculum Vitae

Data Pribadi / Personal Details
Nama / Name : Muhammad Dwi Fakhrudin, S.Pd
Alamat / Address : Krapyak Kidul Gg. VI No. 14 RT.03 RW I Kec.Pekalongan Utara, Kota Pekalongan
Alamat di Semarang : Jl. Singosari Raya No. 33 Semarang
Nomor Telepon / Phone : 0852 2682 5182
Email : dien_fakhrudin@yahoo.co.id
Facebook : Muhammad Dwi Fakhrudin
Jenis Kelamin / Gender : Laki-laki
Tempat, tanggal, lahir : Pekalongan, 8 Januari 1987
Status Marital / Marital Status : Belum Menikah
Warga Negara / Nationality : Indonesia
Agama / Religion : Islam
Riwayat Pendidikan dan Pelatihan
Educational and Professional Qualification
Jenjang Pendidikan :
Education Information
No. Sekolah/Kampus Lulus Tahun
1. TK ABA Noyontaan Kota Pekalongan 1996
2. SD Negeri Klego 3 Pekalongan 1998
3. SMP Negeri 2 Pekalongan 2001
4. SMA Negeri 3 Pekalongan 2004
5. Universitas Negeri Semarang 2009

Pendidikan Non Formal / Training – Seminar
1. Pelatihan Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia Pengelola Media Komunitas Untuk Mendukung Sosialisasi Program Pemerintah, yang diselenggarakan oleh Biro Hubungan Masyarakat Sekretariat Daerah Propinsi Jawa Tengah
2. Training of Trainer Tingkat Nasional Pengembangan Open Source Software, yang diselenggarakan oleh Kementrian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia
3. Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Universitas Negeri Semarang di SMA Islam Sultan Agung 1 Semarang
4. International Public Discussion “The International Islamic Movement in The Muslim World”, yang diselenggarakan oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah
5. Career Development Training, yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Negeri Semarang
6. Seminar dan Lokakarya Nasional Kaum Muda NU-Muhammadiyah, yang diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar NU (IPNU), Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Putri NU (IPPNU), Pimpinan Pusat Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM), Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM).
7. Seminar Nasional Pendidikan Berkualitas Sebagai Pilar Kemajuan Bangsa, yang diselenggarakan oleh Pimpinan Daerah Aisyiyah Kota Pekalongan

Pengalaman Organisasi
Organization Experience
No. Jabatan dan Organisasi Tahun
1. Ketua OSIS SMA Negeri 3 Pekalongan 2002-2003
2. Ketua Bidang Pembinaan dan Pengembangan Dewan Kerja Cabang (DKC) Kwartir Cabang Kota Pekalongan 2002-2004
3. Ketua Umum Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Kota Pekalongan 2005-2007
4. Anggota Bidang Pendidikan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kwartir Daerah Kota Pekalongan 2005-2007
5. Anggota Bidang Perkaderan Forum Kajian Islam Fisika Universitas Negeri Semarang 2005-2006
6. Sekretaris Umum Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Universitas Negeri Semarang 2007-2008
7. Menteri Pengabdian Masyarakat Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Negeri Semarang 2008
8. Ketua Umum Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Propinsi Jawa Tengah 2009-sekarang

Perkaderan yang pernah diikuti:
1. Taruna Melati 1, Taruna Melati 2, Taruna Melati 3 dan Taruna Melati Utama
2. Pelatihan Fasilitator Pendamping (PFP) 1, PFP 2 dan PFP Nasional.
3. Pelatihan Manajemen dan Administrasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar